Minggu, 04 November 2007

Beramal dan Menanamkan Benih Kebaikan

Cara menilai besar kecilnya bibit kebaikan yang ditanam, menanam bibit baik atau benih kebajikan adalah melakukan amal kebaikan dengan uang. Ini adalah pengertian yang salah, menganggap melakukan amal kebaikan sama dengan mengeluarkan uang. Harus keluar uang baru bisa beramal. Padahal ruang lingkup beramal sangat luas. Ada amal yang dengan mengeluarkan uang, misalnya mendirikan rumah sakit, sekolah, panti perawatan orang lanjut usia, panti yatim piatu, memberi uang kepada fakir miskin, memperbaiki dan mendirikan kelenteng, mencetak buku-buku agama, dan lain-lain. Ada pula amal kebaikan tanpa mengeluarkan uang, misalnya tidak melakukan kejahatan, menyingkirkan batu-batu penghalang di jalan, menyingkirkan kulit pisang di jalan, menyeberangkan orang tua, mengalah tempat duduk bagi wanita hamil dan orang tua pada kendaraan umum, menasehati orang agar terbebas dari kebodohan, menyumbang darah, dan lain-lain. Jelaslah bahwa beramal tidak harus dengan keluar uang. Yang penting adalah harus dengan sungguh-sungguh melakukannya. Dimanapun terdapat pintu untuk menanamkan kebaikan. Berbuat kebaikan ada perbedaan besar dan kecilnya, pada prinsipnya terbagi menjadi 2 macam:
Diukur dari tingkat kesungguhan hati.Misalnya si kaya menyumbang Rp. 100.000,- dan si miskin menyumbang Rp. 100.000,- juga. Rp. 100.000,- yang disumbangkan si kaya bagaikan sehelai bulu yang dicabut dari 9 ekor lembu, sedangkan bagi si miskin, mungkin itu dapat dipakai untuk makan selama 1 minggu. Oleh karena itu tingkat kesungguhan hatinya berbeda biarpun sama-sama menyumbang Rp. 100.000,-. Sangat lebih besarlah amal yang diberikan si miskin. Misalnya Ali dan Budi dengan lingkungan hidup yang sama memberikan sumbangan dalam jumlah yang sama. Namun Ali selalu mengingat sumbangan yang pernah dia berikan dan selalu berharap mendapatkan imbalan dan selalu menonjolkan bahwa dia sudah beramal. Sedangkan Budi setelah menyumbang tidak pernah menonjolkan diri, tidak memiliki pikiran untuk mendapatkan imbalan dan dia tetap rendah hati dan selalu bekerja dengan ulet. Dengan demikian tingkat kesungguhan hati antara Ali dan Budi sungguh jauh berbeda. Tentu saja karma yang diterima Budi akan lebih besar daripada Ali.
Diukur dari tingkat menerima manfaat.Misalnya kebajikan yang dilakukan Cintia membuat hanya seorang yang mendapatkan manfaat, sedangkan yang dilakukan Desi membuat banyak orang mendapatkan manfaatnya. Tentu saja Desi lebih unggul dari Cintia. Contoh lain, misalnya Edi adalah seorang yang cara hidupnya tidak benar dan gemar berjudi serta hutangnya bertumpuk-tumpuk. Lalu Feri dengan uangnya melunasi hutang Edi sehingga Edi tertolong dan bebas dari lilitan hutang. Sebaliknya Gunawan dengan tutur katanya memberikan pengarahan dan nasehat sehingga Edi sadar dan bisa berjalan pada arah yang benar. Feri dan Gunawan sama-sama memberikan manfaat bagi seseorang, tetapi Feri hanya memberikan manfaat sementara sedangkan Gunawan telah merubah Edi untuk hidup di jalan yang benar. Sehingga pahala Gunawan tentu lebih besar daripada Feri. Jadi belum tentu dengan uang baru dapat melakukan amal kebajikan. Kedua cara mengukur diatas membuktikan bahwa belum tentu hanya si kaya yang dapat berbuat amal kebajikan sedangkan si miskin tidak dapat. Yg terpenting adalah kesungguhan hati dalam melakukannya. Demikianlah berbuat amal adalah hal yang penting dan diajarkan dalam Tao. Mudah-mudahan memberikan manfaat bagi kita semua.

Tidak ada komentar: